Pagi tadi adalah hari ke-empat Ujian
Akhir Semester tiga ku. Dengan sebuah matakuliah yang taka sing ditelinga, yups
itulah kalkulus. Saudara dekatnya pelajaran Matematika dan mungkin adiknya dari
Statistika. Sebuah matakuliah yang berisikan tentang angka-angka dan
perhitungan yang mungkin dianggap mudah oleh sebagian orang, namun tak jarang
juga ada yang menganggapnya sebagai matakuliah susah. Tergantung seberapa suka
mahasiswa terhadap pelajarannya. Kalau pas yang ditanya suka kalkulus, maka
jawabannya kalkulus itu indah. ketika mahasiswa yang ditanya adalah musuh
bebuyutan kalkulus, maka jawabannya adalah susah.
“Kalkulus itu menakutkan, tapi
juga mengasyikkan” kata seseorang
yang tak mau disebutkan namanya. Mungkin si pena nya menganggap menakutkan
karena kalkulus terkenal dengan kata integral, pun direfensial yang diramu
dalam beberapa rumus-rumus “indah” tentunya. Dan mungkin ia menganggap
mengasyikkan karena telah menemukan sesuatu yang lain didalamnya. “Dibalik
kesulitannya, kan kay temukan keasyikannya” kata temenku yang satu lagi. Hmm…
memang kalkulus itu punya banyak penggemar. Hhehe
Kembali ke kejadian tadi pagi,
dikelas yang kutempati ada sebuah peristiwa yang mungkin bisa diambil
pelajarannya. Ketika aku sedang asyik mengutak-atik soal, terdengar suara ibu
pengawas yang berkata, “Bagi yang membawa kertas contekan, silahkan keluar”. Dan
tak lama setelah suara itu terdengar, ada seorang mahasiswa yang mengambil
tas-nya dan pergi beranjak dari kursi “panas”-nya. Suasana kelas yang tadinya
hening berubah seketika agak gaduh. Namun kembali Ibu pengawas ujian berkata, “Ambil
peristiwa ini sebagai pelajaran, seandainya nanti ada yang ketahuan berbuat
curang maka ibu ga akan segan-segan mengambil lembar jawab kalian”. Dan lagi-lagi
suasana berubah menjadi hening, aku yang sempat terdiam menyaksikan peristiwa
beberapa saat yang lalu kembali menajamkan pandangan kea rah lembar jawaban
yang ternyata masih banyak kosongnya. Hhehe :D
Mungkin cerita ini ada sedikit
humornya, tapi tolong garis bawahi pelajarannya. Kembali teringat sebuah petuah
dari pendamping asrama ku dulu ketika masih Tsanawiyah, “Mending nilai ana
kecil tapi hasil kerja sendiri, daripada nilai gede tapi curang”. Hmm..
jadi teringat masa-masa lugu dulu, hhhehe . tetapi setelah kupikir-pikir benar
juga petuahnya. Betapa harga sebuah kejujuran itu mahal, dan itu sudah
dibuktikan oleh seorang mahasiswa pada cerita diatas. Ia harus membayarnya dengan
keluar dari kelas.
Semoga dapat diambil pelajaran
dan manfaatnya. Sekian cerita tentang kalkulus hari ini. Ku berdoa semoga hasil
ujianku memuaskan (jangan sampai ngulang).
Ya Allah karuniakan ilmu
yang bermanfaat kepadaku dan saudara-saudaraku.
Aamiin ya rahman.
0 komentar:
Posting Komentar