Kamis, 19 Mei 2011

AKU WASIATKAN PADA KAMU WAHAI ANAK PUTRIKU...

Berikut ini adalah sebuah bacaan yang ku peroleh dari seorang sahabatku yang juga sekaligus seorang kakak kelasku. Silahkan untuk di baca dan di ambil hikmahnya,

insya allah bermanfaat…

selamat membaca… (^-^)

AKU WASIATKAN PADA KAMU WAHAI ANAK PUTRIKU...


Akhwati fiillah...pada kesempatan kali ini ana berkesempatan untuk menyampaikan sebuah catatan kecil wasiat bekal pernikahan semoga bermanfaat untuk antunna sekalian...

Mari kita perhatikan nasehat dari isteri ‘Auf bin Muhlim Ashaibani kepada puterinya, ketika hendak menikah dengan al Haris bin Amr, raja negeri Kandah. Sewaktu utusan diraja hendak membawa pengantin untuk disampaikan kepada raja, ibunya berwasiat kepada anak perempuannya:

Wahai anakku! Kalaulah wasiat ini untuk kesempurnaan adabmu, aku percaya kau telah mewarisi segala-galanya, tetapi ia sebagai peringatan untuk yang lalai dan pedoman kepada yang berakal.

Andai kata wanita tidak memerlukan suami kerana berasa cukup dengan kedua ibu bapaknya, tentu ibumu adalah orang yang paling berasa cukup tanpa suami. Tetapi wanita diciptakan untuk lelaki dan lelaki diciptakan untuk mereka.

Wahai puteriku, Sesungguhnya engkau akan meninggalkan rumah tempat kamu dilahirkan dan kehidupan yang telah membesarkanmu untuk berpindah kepada seorang lelaki yang belum kamu kenal dan teman hidup yang baru. Kerana itu, jadilah 'budak' wanita baginya, tentu dia juga akan menjadi 'budak' bagimu serta menjadi pendampingmu yang setia.

Peliharalah sepuluh sifat ini terhadapnya, tentu ia akan menjadi perbendaharaan yang baik untukmu.

Pertama dan kedua, berkhidmat dengan rasa puas serta taat dengan baik kepadanya.

Ketiga dan keempat, memerhatikan tempat pandangan matanya dan bau yang diciumnya. Jangan sampai matanya memandang yang buruk daripadamu dan jangan sampai dia mencium kecuali yang harum daripadamu.

Kelima dan keenam, memerhatikan waktu tidur dan waktu makannya, kerana lapar yang berlarutan dan tidur yang terganggu dapat menimbulkan rasa marah.

Ketujuh dan kelapan, menjaga hartanya dan memelihara kehormatan serta keluarganya. Perkara pokok dalam masalah harta adalah membuat anggaran dan perkara pokok dalam keluarga adalah pengurusan yang baik.

Kesembilan dan kesepuluh, jangan membangkang perintahnya dan jangan membuka rahasianya. Apabila kamu tidak mentaati perintahnya, bererti kamu melukai hatinya. Apabila kamu membuka rahsianya kamu tidak akan aman daripada pengkhianatannya.

Kemudian janganlah kamu bergembira di hadapannya ketika dia bersedih atau bersedih di hadapannya ketika dia bergembira. Jadilah kamu orang yang sangat menghormatinya, tentu dia akan sangat memuliakanmu.

Jadilah kamu orang yang selalu sepakat dengannya, tentu dia akan sangat belas kasihan dan sayang kepadamu.

Ketahuilah, sesungguhnya kamu tidak akan dapat apa yang kamu inginkan sehingga kamu mendahulukan keredaannya daripada keredaanmu, dan mendahulukan kesenangannya daripada kesenanganmu, baik dalam hal yang kamu sukai atau yang kamu benci dan Allah akan memberkatimu.”

Nasihat di atas seharusnya diterima dengan beberapa asas penting:

  • Suami yang dicari adalah suami yang beriman lagi taat kepada perintah Allah.
  • Ketaatan kepada suami adalah wajib dengan syarat beliau tidak melakukan perkara yang bertentangan dengan syariat Allah.
  • Begitulah hukum Allah, di sana sentiasa ada ‘dua bahagian muka syiling’. Kalau diperhati setiap nasihat di atas, perbuatan kita yang positif akan menghasilkan reaksi dan tindak balas positif juga dengan izin Allah.

Ukhti fillah,"Kita hanya boleh mengubah diri sendiri. Percayalah apabila kita berubah, persekitaran dan orang di sekeliling juga akan berubah secara positif".

Saya juga ingat sekali ketika masih jadi santri di pesantren pernah membaca sebuwah buku milik teman "HASRAT UNTUK BERUBAH".karangan soemarno soedarsono. dan ada sebuwah intisari yg sampai sekarang tidak bisa ana lupakan.

Dia bercerita:

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,

aku bermimpi ingin mengubah dunia.

Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,

kudapati bahwa

dunia tidak kunjung berubah.Maka cita-cita itu pun agak kupersempit,

lalu kuputuskan untuk hanya mengubah negeriku.

Namun tampaknya,

hasrat itupun tiada hasil.

Ketika usiaku semakin senja,

dengan semangatku yang masih tersisa,

kuputuskan untuk mengubah keluargaku,

orang-orang yang paling dekat denganku.

Tetapi celakanya,

mereka pun tidak mau diubah.

Dan kini,

sementara aku berbaring saat ajal menjelang,

tiba-tiba kusadari:

Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,

Maka dengan menjadikan diriku sebagai teladan,

Mungkin aku bisa mengubah keluargaku.

Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,

bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku.

Kemudian siapa tahu,

Aku bahkan bisa mengubah dunia

(Soemarno Soedarsono)

3 komentar:

jadi ingat..aku pernah baca bukunya ini waktu masih di solo..
tapi, kalo kenyataannya gini,
ada seorang akhwat yang menikah dengan seorang pemuda biasa..mungkin tingkat keimanannya masih jauh dengannya..
tapi akhwat itu mempunyai niat untuk berdakwah pada pemuda itu, bagaimana?

sebelumnya aku mau tanya dulu,
bagaimana cara mengukur tingkat keimanan seseorang???
apakah hanya dilihat dari luarnya saja???

bila niatnya ikhlas hanya kepada alloh semata...
maka itu tidak apa2 dan ahsan...

tp perlu di ingat dia juga harus selalu mengintrospeksi diri secara terus menerus...

apakah langkah yang dia tempuh sudah mengikuti al quran dan sunnah apa belum...

selalu membaca kisah shohabiyah yang mulia,sehingga secara tidak langsung akan berdampak terhadap sikap dia pada suami dalam berumah tangga...

wallau a'alam (^-^)

Posting Komentar

 

About Me

Foto Saya
boecah
segalanya telah berubah... tak ada yang akan selalu konstan di dunia ini...
Lihat profil lengkapku

Followers

Copyright © 2010 boecah lawu

Template By Nano Yulianto